AKU, perlahan muncul dari singgasana bertahta oranye. Mendaki
sedikit demi sedikit anak tangga maya untuk mengintip kehadiranmu yang telah
kau janjikan. Dalam janjimu kita tak akan lama lagi berjumpa. Tak disangka betapa
lamanya penantian ini saat kusadari sudah berapa kali sang bulan sabit itu
menyapa dan mendahului langkah kecilku. Namun disini aku akan tetap sabar
menanti kehadiranmu. Disini aku akan memijarkan sinarku, semakin terang seiring
semakin dekatnya penantian ini.
KAMU, dari sisi yang lain, sisi yang tak dapat ku raih saat
ini. Kau muncul dengan semangat yang membara, membawa janji itu. Melangkahkan
kaki menyusuri setengah dunia. Bersama ribuan pengembara lain yang punya tujuan
berbeda. Namun yang kulihat pancaranmu paling kuat dari yang lain. Tetaplah
bersinar untuk memenuhi janjimu.
KITA, akhirya bertemu. Setelah kesekian kali sang sabit
menyapa kesendirianku. Kini sinarku telah penuh karena semangat untuk berjumpa
kamu. Tapi ada apa dengan sinarmu? kau tak secemerlang dulu saat kita masih
terpisah jauh. Mungkin sedikit terkikis oleh perjuangan panjang kemarin. Tak apa.
Yang penting saat ini kita bisa menari bersama. Bercumbu mesra berdua, hanya
berdua.
Tapi tahukah kamu, sayang, sebenarnya saat ini kita tak
pernah saling bertemu. Kita sebenarnya masih terpisah oleh jarak yang tak bisa
dibilang dekat. Namun apalah arti sebuah jarak. Dia hanyalah sebuah besaran untuk
memisahkan dua materi. Yang sekarang kita butuhkan adalah sebuah keyakinan. Yang
membuat jarak menjadi lebur dalam kepercayaan. Membuat yang sebenarnya jauh
menjadi terasa dekat. Dan itu juga lah yang sedang kita nikmati. Saat ini.
Sejenak menikmati konjungsi Jupiter-Venus, berdua.