Jumat, 10 Februari 2012
13.27
Tas dan alat tulis yang sudah kupersiapkan segera kuambil.
Tak lupa nametag dengan pita kuning ku kalungkan di leher. Jangan
sampai tertinggal, karena aku tak mau nanti aku dikeluarkan dari ruang ujian
gara-gara tidak membawa benda itu. Tali sepatu telah terikat, aku segera
melangkah menuju pintu rumah. Terik matahari yang pertama kali terasa. Kemudian hawa
panas perlahan menerpa wajahku. Sedikit kulirik ke atas sambil menyipitkan mata. Sang surya gagah di sana. Dengan langit biru dan hanya segumpal awan kecil. Pantas saja sangat terasa panasnya.
13.55
Aku sudah terduduk di bangku ujianku. Aku berada di deretan
paling kanan dan menghadap ke arah selatan. Sebelah kananku adalah jendela
kaca. Jadi panas matahari kali ini bisa menembus sampai mejaku. Ah siap-siap ujian di
bawah terik matahari. Sesekali agak ku geser mejaku agar sedikit terhindar dari terik
matahari.
14.32
Setengah jam lebih aku mengerjakan soal ujian di bawah sinar
matahari. Berulang kali kututupi wajahku dengan kertas soal, kadang kugunakan
kertas soal itu sebagai kipas. Tak selang beberapa lama perubahan drastis pun terjadi. Sambil menuliskan jawaban ujian, ku lirik langit di sebelah kananku. Ada awan mendung besar yang
sepertinya siap memayungi. Dan benar saja, matahari seketika tertutup oleh awan
mendung tadi. Alhamdulillah, akhirnya tak ada lagi terik matahari yang
mengganguku dalam mengerjakan ujian.
14.43
Lembar jawabku baru terisi setengah. Sementara langit kini
telah tertutup awan mendung sepenuhnya. Hujan rintik mulai turun. Disusul curahan
air entah berapa juta kubik membanjiri bumi. Sangat kontras dengan suasana sekitar
satu jam yang lalu.
15.25
Waktu ujian belum habis tapi aku sudah tak tahu apa lagi
yang akan kutulis. Kurapikan alat tulis dan kuserahkan lembar jawab ujian
kepada pengawas. Tapi aku belum bisa meninggalkan gedung tempat dilaksanakan
ujian. Hujan deras masih menahanku dan juga beberapa mahasiswa lain.
16.12
Sampai di rumah dengan kemeja dan tas yang agak basah.
Maklum saat perjalanan pulang dan sampai saat ini langit masih menurunkan
gerimis. Segera ganti baju, sholat, kemudian tiduran di kamar. Memang lebih
melelahkan dari biasanya karena harus melaksanakan ujian di saat orang-orang sedang istirahat dan
tidur siang.
17.40
Bangun dari tidur singkat. Kulihat dari jendela, masih
gerimis. Wah kemungkinan tidak bisa menikmati langit sore seperti biasanya.
Hari-hari sebelumnya memang aku selalu menyempatkan waktu menjelang maghrib
untuk sebentar melihat langit. Menikmati warna langit barat yang kadang berwarna oranye, kadang
biru muda, kadang ungu. Mencari letak sang bintang senja, purnama, dan sang
raja planet, apakah mereka baik-baik saja disana.
18.08
Langit masih mendung, tapi suasana kini berubah jadi kuning
atau oranye. Mungkin karena hamburan cahaya matahari senja. Wah indah juga ya,
semua berwarna kuning. Aku keluar dari kamar, menuju balkon. Benar saja, kini
langit memancarkan sinar kuning jingganya. Aku mencari dimana mereka yang biasanya muncul di saat senja seperti ini. Tapi mereka tak ada, tersembunyi oleh awan mendung. Namun ada pemandangan yang sedikit berbeda yang kulihat saat aku menoleh ke arah timur untuk mencari mantan purnama. Seketika aku takjub saat melihat pola cahaya yang melengkung
membentuk setengah lingkaran. Pelangi! Sebuah pelangi!
Aku teringat bahwa terakhir kali aku melihat pelangi adalah dua tahun lalu, saat semester 1, di tempat yang sama, di sini. Sempat terpikir ternyata sudah lama aku merantau di tempat ini. Dan tinggal beberapa bulan lagi aku akan menyelesaikan peran ini. Semoga.
18.21
Adzan magrib telah berkumandang. Sambil mendengarkan suara adzan, kupandangi pelangi yang berangsur menghilang seiring tenggelamya mentari. Kupalingkan wajahku ke arah barat. Langit masih nenyisakan hamburan warna jingganya. Adzan telah selesai. Saatnya menghadap ke Dzat yang menguasai semua yang telah diperlihatkanNya tadi.
*Segala sesuatu dapat dengan cepat berubah, asalkan diijinkan olehNya
*Setiap perjuangan akan diberi balasan yang berharga dariNya.